wartakopi.com – Karanganyar. Kopi jawa (Java coffee) adalah kopi yang berasal dari Pulau Jawa di Indonesia. Kopi ini sangatlah terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi.
Kopi Jawa Indonesia tidak memiliki bentuk yang sama dengan kopi asal Sumatra dan Sulawesi, cita rasa juga tidak terlalu kaya sebagaimana kopi dari Sumatra atau Sulawesi karena sebagian besar kopi jawa diproses secara basah (wet process).
Baca Juga : Klinik Kopi: Modal Sendiri VS Investor, Pilih Mana?
Meskipun begitu, sebagian kopi Jawa mengeluarkan aroma tipis rempah sehingga membuatnya lebih baik dari jenis kopi lainnya.
Kopi Jawa memiliki keasaman yang rendah dikombinasikan dengan kondisi tanah, suhu udara, cuaca, serta kelembaban udara. Kopi ini dengan rasa kuat, pekat, rasa kopi manis.
Produksi Kopi Jawa Arabika dipusatkan di tengah Pegunungan Ijen, di bagian ujung timur Pulau Jawa, dengan ketinggian pegunungan 1400 mdpl. Kopi ini dibudidayakan pertama kali oleh kolonial Belanda pada abad 18 pada perkebunan besar.
Pada tahun 1696 Wali Kota Amsterdam Nicholas Witsen memerintahkan komandan VOC di Pantai Malabar, Adrian van Ommen untuk membawa bibit kopi ke Batavia atau sekarang yang disebut Jakarta.
Bibit kopi tersebut diujicoba pertama di lahan pribadi Gubernur-Jendral VOC Willem van Outhoorn di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Pondok Kopi, Jakarta Timur. Panenan pertama kopi Jawa, hasil perkebunan di Pondok Kopi langsung dikirim ke Hortus Botanicus Amsterdam.
Baca Juga : Balik dari Kapal Pesiar Princess, Bangun Kedai Kopi dengan Konsep Langka
Kalangan biolog di Hortus Botanicus Amsterdam kagum akan mutu kopi Jawa. Menurut mereka mutu dan cita rasa kopi Jawa itu melampaui kopi yang pernah mereka ketahui. Para ilmuwan segera mengirim contoh kopi Jawa ke berbagai kebun raya di Eropa.
Kebun Raya Kerajaan milik Louis XIV salah satunya yang menerima contoh kopi Jawa. Orang-orang Prancis segera memperbanyak contoh kiriman dan mengirimkannya ke tanah jajahan mereka untuk dibudidayakan, termasuk Amerika Tengah dan Selatan.
Akhirnya dunia mengakui cita rasa yang mantap dan aromanya yang khas menjadi daya tarik Kopi Jawa.
Perdagangan kopi sangat memang menguntungkan VOC, tetapi tidak bagi petani kopi di Indonesia saat itu karena diterapkannya sistem cultivation.
Baca Juga : Jangan Anggap Remeh Kedai Kopi Pinggir Jalan, Ini Alasannya
Seiring berjalannya waktu, istilah a Cup of Java muncul di dunia barat, hal ini mengesankan kopi Indonesia identik dengan Kopi Jawa, meskipun masih terdapat kopi nikmat lainnya seperti kopi Sumatra dan kopi Sulawesi.
Kopi yang ditanam di Jawa Tengah pada umumnya adalah kopi Arabika, salah satunya berasal dari Tawangmangu Kab Karanganyar. Dimana kopi yang ada type S line atau asli peninggalan Belanda.
Bimo Aji Sudarsono, Ketua Komunitas Petani Kopi Karanganyar menjelaskan, kopi Lawu memiliki sejarah besar pada abad 18. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda memilih lereng Lawu untuk bermukim dan mengembangkan kopi arabika dan robusta.
Baca Juga : Pilih Arabika atau Robusta, Ini Faktanya
Dia mengaku, petani kopi di lereng Lawu mati karena beralih ke tanaman yang lain. Budidaya kopi Karanganyar Lawu juga tidak lepas dari Adipati Mangkunegara IV yang berhasil mengembangkan kopi sehingga saat itu Kadipaten Mangkunegara dapat membangun kavaleri terbesar dijamanya.
“Baru dua tahun terakhir komunitas mulai menanam kembali bibit kopi seluas satu hektare. Salah satunya di Desa Gondosuli, Tawangmangu, pohon kopi merupakan sisa pohon peninggalan Belanda,” ungkapnya.
Aji mengaharpkan, agar banyak pihak baik itu sektor swasta maupun pemerintah untuk menggenjot produksi kopi Karanganyar Lawu. Selain itu juga melakukan pembibitan secara mandiri.
Dia mengaku selalu kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun pasar di Taiwan, karena produksi kopi yang terbatas.
Selain sebagai ketua Komunitas Petani Kopi, Aji juga mengembangkan warung kopi ditengah kampung dengan nama Mahadri Coffee. Upaya ini dilakukan, untuk mengenalkan Kopi Karanganyar Lawu dan menggali potensi desa dengan agro wisatanya.
Sosialisasi terus dilakukan, terutama kepada kaum millenial agar tidak takut untuk bertani. Karena kopi memiliki prospek bagus dimasa depan.
Selain Mahadri Caffee yang terletak di Banaran, Gondosuli, Tawangmangu banyak komunitas dan kedai kopi yang juga turut mempromosikan kopi Karanganyar. Beberapa diantaranya Dof Coffee di bilangan Papahan Karanganyar kota.
Bicara tentang Dof Coffee berkat Dofi Meihantoro lah kopi Karanganyar Lawu mulai dikenal. Pada saat itu melalui ajang lomba kopi Jawa Tengah Kopi Karanganyar Lawu sebagai pendatang baru mampu masuk lima besar dari 20-an peserta yang hadir.
Baca Juga : Empat Fundamental Penting Dalam Secangkir Kopi
Popularitas kopi Karanganyar Lawu pun mulai terdongkrak. Ini ditandai dengan mulai diterimanya kopi tersebut di beberapa tempat seperti Kedai Sharing di komplek perkantoran Karanganyar. Canaria Coffee Karangpandan dengan kopi robusta Karanganyar Lawunya.
Aldaka Resort yang juga mengenalkan kopi Karanganyar Lawu sebagai ikon wisatanya. Dimana Aldaka Resort juga tengah memproyeksikan sebagai diri sebagai tempat museum kopi satu-satunya di Kab Karanganyar. [*]
WARTAKOPI.com – Jakarta. Nyamuk terus menjadi ancaman serius di Indonesia, terutama dengan meningkatnya kasus penyakit… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Jakarta International Coffee Conference (JICC) 2024 sukses diselenggarakan selama tiga hari penuh… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Mandiri presents Jakarta Coffee Week atau Jacoweek 2024, festival tahunan yang menjadi… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Memasuki hari ke-2 penyelenggaraan, Rabu, (23/10/2024), Jakarta International Coffee Conference (JICC) menggelar… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta kembali memberikan dukungan… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Menandai grand opening Hario Cafe Tokyo di Jakarta, menggelar Bar Takeover Bersama… Read More
View Comments
thank you for your support
Your welcome.
Terima Kasih Updatenya.