wartakopi.com – Yogyakarta. Menjajakan kopi secara berkeliling (Koling) bukanlah hal yang baru di Indonesia. Sejak puluhan tahun yang lalu, banyak orang menjajakan minuman baik dengan berjalan kaki maupun dengan sepeda dan menyediakan berbagai macam kopi instan.
Namun, sejak beberapa tahun yang lalu ada sesuatu yang berbeda dengan penjaja kopi keliling di Yogyakarta. Tak hanya bermodal air panas dan puluhan kopi sachet, beberapa pedagang muncul dengan sajian kopi layaknya coffee shop ternama.
Salah seorang pedagang kopi keliling yang memulai usahannya di area alun-alun kidul mengatakan, ide membuat usaha kopi ala-ala cafe di pinggir jalan sebagai bentuk keresahan para pecinta kopi yang harus membayar mahal di Coffee Shop.
Baca Juga : Ingin Membuka Kedai Kopi? Yuk, Kenali Dulu Perbedaan Arabika dan Robusta
Bagi para pelapak pinggir jalan, kopi itu sudah enak, entah dinikmati di pinggir jalan atau di tempat mewah kopi sudah pasti terasa enak.
Meski dijajakan dipinggir jalan, para penjual kopi keliling ini memiliki misi untuk memperkenalkan kopi nusantara dengan penyajian ala Barista.
Karena itu meski meja bar hanya berada diatas sepeda yang design khusus, atau diatas sepeda motor modifikasi (viar) mereka menyajikan kopi dengan teknik manual dan memakai peralatan yang sederhana.
Alat-alat yang dipersiapkan untuk menjajakan kopi keliling ini adalah Kompor Portable, Grinder Manual, Termomether Suhu, timbangan, teko air, V60, Vietnam Drip, French Press, dan beberapa alat penunjang lainnya.
Baca Juga : Fenomena Kedai Kopi Milenial di Indonesia
Dengan mengunakan alat-alat ini tentu menu yang ditawarkan hanya sebatas single origin saja. Namun, meskipun hanya terbatas dengan penyajiannya, kopi keliling unggul dalam pilihan biji kopinya.
Sebut saja mulai dari kopi Arabika Mamasa, kopi Kintamani, kopi Gayo, kopi Luwak, kopi Jawa hingga kopi Papua. Semua tersedia secara lengkap layaknya di Coffeshop mewah.
Dengan kualitas racikan para barista, kopi keliling menawarkan harga yang jauh dibawah coffee shop.
Untuk secangkir americano, para penikmat kopi dapat menikmati di harga Rp7.000 sedangkan untuk Caffelatte cukup merogoh kocek antara Rp15.000.
Baca Juga : Klinik Kopi: “Kecil Tak Apa, Tapi Tanpa Beban Hutang”
Mengelar dagangannya pada pukul 15.00 – 00.00 WIB, untuk hari biasa pedagang kopi keliling mampu menjual lebih dari 50 cangkir serta 150 cangkir saat akhir pekan.
Kini kopi keliling sangat mudah ditemui di beberapa sudut kota Yogyakarta. Tak hanya dipadati oleh para pecinta kopi, bahkan beberapa masyarakat yang awam mengenai kopi nusantara merasa penasaran dan ingin mencoba menikmati kopi buatan barista ‘jalanan’ ini.
Dipandang sebagai usaha yang keren dan juga menghasilkan, kini daerah lain pun mulai mengadaptasi konsep serupa.
Beberapa pengusaha yang telah sukses menawarkan brand mereka dalam bentuk Franchise.
Tak hanya dibuatkan meja bar berbentuk unik, peminat usaha ini akan dilengkapi dengan peralatan barista yang lengkap serta training pembuatan kopi sampai mampu menyajikan kopi yang layak untuk dijual.
Baca Juga : Klinik Kopi: Modal Sendiri VS Investor, Pilih Mana?
Namun, tampaknya konsep ini kurang diminati oleh para pelaku usaha. Beberapa orang yang tertarik dengan bisnis kopi keliling lebih memilih merintis usahannya sendiri dari nol.
Mereka yang tidak memiliki basik sebagai seorang Barista memilih untuk belajar secara singkat mengenai apa itu kopi dan bagaimana cara menyajikan dengan benar.
Kemudian mereka akan membuat konsep mulai dari bentuk meja bar yang unik, mungkin diatas pick up, sepeda onthel atau mobil karavan.
Untuk usaha Franchise, dalam satu paket lengkap akan dibutuhkan modal antara 30-50 juta. Sedangkan jika merintis usaha sendiri, para pengusaha dapat mensiasati agar modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
Ada beberapa pengusaha yang mensiasati dengan memodifikasi meja bar sendiri (DIY), mengunakan peralatan second hand yang masih dapat digunakan dengan baik, kemudian mengunakan metode promosi secara gratis dari social media atau kerabat.
Baca Juga : Aroma Harum dari Kisah Sukses Pengusaha Kopi
Layaknya bisnis lainnya, menjadi usahawan kopi keliling tak hanya dibutuhkan ketrampilan dan semangat saja namun juga diperlukan intuisi serta ketekunan.
Sukses merupakan tujuan dalam berbisnis, namun hal tersebut tentu akan dapat diperoleh secara bertahap dan membutuhkan proses. Bagaimana, tertarik untuk berbisnis kopi keliling ? [*]
WARTAKOPI.com – Jakarta. Nyamuk terus menjadi ancaman serius di Indonesia, terutama dengan meningkatnya kasus penyakit… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Jakarta International Coffee Conference (JICC) 2024 sukses diselenggarakan selama tiga hari penuh… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Mandiri presents Jakarta Coffee Week atau Jacoweek 2024, festival tahunan yang menjadi… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Memasuki hari ke-2 penyelenggaraan, Rabu, (23/10/2024), Jakarta International Coffee Conference (JICC) menggelar… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta kembali memberikan dukungan… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Menandai grand opening Hario Cafe Tokyo di Jakarta, menggelar Bar Takeover Bersama… Read More
Leave a Comment