wartakopi.com – Jakarta. Dari hasil survey sederhana yang dilakukan dan diolah dari tim redaksi wartakopi.com atas 55 orang di Kota Jakarta dan Yogyakarta pada awal bulan Februari 2020 ini menyebutkan sebanyak 88 persen di dua kota ini adalah penikmat kopi.
Selanjutnya, tim redaksi pun menemukan data yang dihimpun oleh international Coffee Organization (ICO) menyatakan pertumbuhan rata-rata konsumsi kopi di Jakarta lebih besar di dunia.
Lantas, apakah para penikmat kopi di Indonesia memahami secara detail perbedaan Arabika dan Robusta? Ternyata, mayoritas penikmat kopi tidak pham betul perbedaaan dari dua jenis kopi tersebut.
Dari hasil riset dan kajian dari berbagai narasumber yang telah dirangkum oleh tim redaksi, kami ingin menyuguhkan data perbedaan kedua jenis ini sebagai literasi agar penikmat kopi memahami perbedaannya.
Dalam sekala awam penikmat kopi, mereka cuma mengetahui rasa asam dan pahit. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa karakter rasa pahit itu mewakili jenis kopi apa. Pun begitu halnya ketika ada yang menyebut kopi itu asam. Mereka pun tidak mengetahui mewakili karakter jenis kopi apa.
Padahal, dari berbagai literasi yang terangkum, bahwa kopi dengan rasa pahit adalah mewakili dari jenis kopi Robusta. Sedangkan rasa asam merujuk pada jenis kopi Arabika.
Akan tetapi, dari 10 orang saat ditanya Arabika atau Robusta, 6 orang menyebut arabika dan 4 orang lainnya menyebut Robusta.
Kopi Arabika dan Robusta, memang memiliki fakta penanaman yang berbeda. Robusta lebih mudah tumbuh dan ditanam dibandingkan Arabika. Robusta dapat tumbuh di ketinggian di atas 400 mdpl dan di bawah 1000 mdpl. Sedangkan, arabika tumbuh di atas ketinggian 1000 mdpl dan di bawah 2000 mdpl.
Selanjutnya, Robusta dapat tumbuh subur dengan temperature antara 21 – 24 derajat celcius. Sedangkan arabika dapat tumbuh dan berkembang dengan suhu udara 16 – 20 derajat celcius.
Robusta lebih kebal terhadap serangan hama dan suhu panas, berbeda dengan Arabika yang rentan atas hama. Tinggi tanaman robusta dapat mencapai 5 meter, sedangkan Arabika maksimal 2.5 meter. Dan robusta paling cepat bisa dipanen dibanding arabika.
Banyak kalangan penikmat kopi yang menyatakan bahwa robusta memiliki aroma seperti cokelat, kacang-kacangan dan tanah. Sedangkan arabika sangat kaya akan aroma buah.
Literasi lain pun ada yang menyebut, bahwasannya robusta memiliki aroma manis yang khas. Sedangkan arabika tercium aroma yang wangi mirip aroma percampuran dari bunga dan buah.
Untuk rasa, robusta rasa pahitnya lebih dominan ketimbang asamnya. Oleh karena rasanya yang pahit robusta disebut juga oleh banyak kalangan kurang populer baik di level awam maupun ahli kopi. Maka banyak barista memanfaatkan robusta untuk dicampur dengan susu untuk menghasilkan citarasa yang lebih variatif.
Sedangkan arabika rasa asamnya cenderung dominan kemudian jika diseduh warnanya tidak hitam pekat. Arabika pun disebut jenis kopi yang kaya akan rasa buah. Ini terjadi karena banyak faktor seperti, keadaan cuaca, tanah, iklim, serta kawin silang.
Tidak sedikit orang yang sering bilang, jika mencecap kopi akan berurusan dengan lambung. Namun faktanya, tidak semua orang mengalami hal yang sama.
Hal ini dimungkinkan karena tingkat sensitivitas orang yang berbeda-beda dalam menerima kadar kafein dari secangkir yang mereka cecap.
Robusta dan arabika mempunyai kadar kafein yang berbeda. Karakter kopi robusta yang cenderung pahit dikarenakan kandungan kafeinnya yang besar yakni 2.2 persen. Dua kali lipat dari kandungan kopi arabika.
Arabika yang dominan asam ternyata hanya memiliki kandungan asam sebesar 1.2 persen. Atau setengah dari kandungan kafein yang ada di robusta. Arabika masih memiliki kandungan gula dan lipid yang tinggi dibanding robusta.
Thekitchn.com dalam laman resminya pernah melansir, biji kopi setelah dipanggang memiliki bentuk yang hampir sama. Namun, arabika memiliki kecenderungan rasa yang lebih manis, lembut dengan rasa gula seperti buah beri.
Secara kasat mata, besaran bentuk biji dari kedua kopi ini pun faktanya berbeda. Robusta, memiliki bentuk lebih bulat dan ukurannya lebih kecil. Selanjutnya untuk tekstur after taste robusta sedikit lebih kasar.
Sedangkan arabika, memiliki ukuran yang lebih besar dan bentuknya pun lonjong atau pipih. Bentuknya pun lebih besar daripada bijji kopi robusta. Untuk tekstur after taste, arabika lebih lembut dibanding robusta.
Dari segala bentuk fakta dan karakter jenis kopi yang melekat di keduanya ternyata memiliki pengaruh besar atas harga kopi ketika sampai ke pasaran dan end useralias penikmat kopi.
Faktanya, robusta memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan arabika yang tinggi dipasaran. Hal ini dipengaruhi popularitas, varian rasa, serta pola tanam dan budidaya dari masing-masing jenis kopi tersebut. [*]
WARTAKOPI.com – Jakarta. Nyamuk terus menjadi ancaman serius di Indonesia, terutama dengan meningkatnya kasus penyakit… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Jakarta International Coffee Conference (JICC) 2024 sukses diselenggarakan selama tiga hari penuh… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Mandiri presents Jakarta Coffee Week atau Jacoweek 2024, festival tahunan yang menjadi… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Memasuki hari ke-2 penyelenggaraan, Rabu, (23/10/2024), Jakarta International Coffee Conference (JICC) menggelar… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta kembali memberikan dukungan… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Menandai grand opening Hario Cafe Tokyo di Jakarta, menggelar Bar Takeover Bersama… Read More
Leave a Comment