Ini Hasil Diskusi ‘Malioboro Coffee Night’: Dari Yogyakarta Menuju Dunia
Kopi adalah sumber energi yang menjadi dasar revolusi industri di Eropa. Prof Pujo mendukung upaya kerja sama dengan negara berkembang lainya.
”Kita juga harus bisa mengekspor kopi yang diolah. Hal ini sudah dilakukan oleh Ethiopia. Jepangpun mengekspor produk makanan olahan. Produk yang bagus juga disediakan untuk konsumen dalam negerinya,” ujar Prof Pujo.
Pengamatan
Dari diskusi dapat disimpulkan bahwa tujuan, makna apalagi keberadaan kopi sudah semakin jelas. Yang menjadi isu adalah cara penanganannya. Perjalanan kopi dari hulu sampai hilir, utamanya dari pengolahan, produksi sampai dengan ekspor sampai ke konsumen.
Disini akan terlihat beberapa faktor yang merupakan kendala dan rintangan terkait kinerja penjualan bahkan hasil ekspornya. Di sektor hilir ini terlihat keperluan untuk memakai cara inovatif untuk mempertemukan para pebisnis dan marketing produksinya.
Baca Juga : Pagelaran Maliobro Coffee Night #4 Yogyakarta Sukses
Penggunaan platform ekonomi INA Access memungkinkan mitra di luar negeri untuk mengeksplorasi peluang dan terlibat langsung dengan pengusaha Indonesia secara virtual.
Diskusi juga mengukuhkan peranan diplomasi sebagai salah satu cara penting dalam memperjuangkan kepentingan negara. Dimulai dari kegiatan mewakili, merundingkan, mempromosikan dan meningkatkan hubungan kerja sama yang semakin challenging.
Saat ini penggunaan technology blockchain dan keterlacakan (tracebility) dari negara maju semakin banyak dilakukan oleh UMKM Indonesia.
Baca Juga : Roemah Indonesia BV Bersama BUMN Membangun Story Telling Kopi Indonesia di Amsterdam, Belanda
Penyelenggaraan ‘Malioboro Coffee Night’ sendiri adalah semacam ‘show case’. Terjadi kenaikan pesat bisnis UMKM. Perlu diteruskannya outreach dan diskusi yang menyeluruh antara pengusaha kopi, lembaga pendidikan dan kebudayaan, instansi yang berperan dalam ekspor kopi dan ekosistem/lingkungan hidup dan perwakilan RI.
KOPI kian relevan dibahas pada saat semua negara tidak dapat menghindari resesi dan kerawanan pangan. Ketahanan pangan harus kuat, dengan kopi yang para petaninya sejahtera dan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang semakin baik. [*]
- Editor : Fatkhurrohim