Categories: BisnisHeadline

Klinik Kopi: Kedai Kopi Ingin Buka Cabang, Perhatikan Saran Berikut

wartakopi.com – Jakarta. Dengan makin maraknya bisnis kopi dimana-mana, ada banyak orang yang ambil kesempatan untuk mendapat sesuatu yang lebih dari tenaga yang dikeluarkannya. 

Bagi banyak orang, buka cabang, buka bisnis baru adalah harapan baru, atau sumber penghasilan baru. Tapi disisi lain, dengan buka cabang baru, maka muncul masalah baru.

Baca Juga : Klinik Kopi: 3 Poin Dasar yang Dapat Mengubah Rasa Kopi Hasil Seduhan


Misal mau buka cabang atau buka warung lagi, jelas sistem harus kuat terlebih dahulu. Gimana pola warung kopinya, owner-nya harus datang terus atau tanpa owner warung kopi bisa jalan (auto pilot). 

Nah, sistem itu yang paling fundamental. Banyak warung kopi bisa buka cabang dimana-mana emang karena mereka punya sistem yang bagus. Soal bagi jam kerja, jam buka dan gimana perputaran roasted beans.

Barista Adalah Aset
Profesi Barista benar-benar dibutuhkan oleh pemilik kedai.


Ponco Suhirno, rekanan Klinik Kopi mengungkapkan, cari mobil lebih gampang di banding cari barista yang benar-benar dapat bekerja dengan pemilik kedai. Artinya, profesi barista ini emang benar-benar dibutuhkan. 

Gimana cara mengikat biar bisa kerja sama hingga lama, kemudian bikin part time atau full time juga berdampak pada penghasilan. 

Baca Juga : Tanya Seputar Kopi, Tadasih Jakarta Menjawab

Tapi yang paling krusial adalah barista yang benar-benar mengerti produk yang dijual, serta men-delivery ke peminum apa yang dipunya. 

Itu kenapa, kadang barista harus ada traning dulu, tidak tiba-tiba langsung bikin kopi. Tapi dari yang ngelap alat-alat kopi dulu misal.

Sistem Harus Kuat


Saat Klinik Kopi lihat dapurnya Kopi Tuku di Jakarta, dapat menilai pantas saja bisa suplay kopi banyak. Sebab Kopi Tuku, punya alat-alat yang mendukung kinerjanya. Ada mesin kopi, mesin roasting hingga semuanya. 

“Yang kami jumpai, ketika udah punya cabang dimana-mana, kadang alat-alat kurang memadai. Akhirnya beberapa suplai kopi jadi lambat dan kadang terlambat,” urai Pepeng pemilik kedai Klinik Kopi di Jogjakata. 

Baca Juga : Membanggakan, Kopi Toraja Asong Raih Medali di Australia International Coffee Awards 2020

Kembali lagi ke poin utama, kata Pepeng, bahwa sistem harus kuat dari sejak awal. Alasan-alasan tersebut yang masih belum bisa dijawab. Klinik Kopi mau bisnis yang di kelola secara mikro, tapi berdampak makro. 

Bukan soal income yang di dapat atau popularitas. Tapi Klinik Kopi ingin jam istirahat yang cukup.

“Kami tak mau ketika bangun tidur atau mau tidur kepikiran kerjaan. Ujung-ujungnya soal jam tidur yang cukup saja, sangat sepele kan,” pungkasnya. [*/Klinik Kopi]

Fatoer Doang

Leave a Comment

Recent Posts

Cetak Bibit Baru Pecinta Kopi Lokal, Láska Hotel Subang Gelar Barista Class Bersama KENAL Indonesian Roastery

WARTAKOPI.com – Subang. Aroma espresso segar dan susu steamed hangat memenuhi ruangan Sawala Tujuh, salah… Read More

2 months ago

JCW #5 Hadirkan Kompetisi Kopi Nasional dan Showcase Internasional

WARTAOPI.com – Yogyakarta. Setelah sukses menggelar Jogja Coffee Week (JCW) #4 tahun 2024 dengan lonjakan… Read More

2 months ago

Jogja Coffee Week 2025 Angkat Petani Kopi Lewat Green Bean Competition Nasional

WARTAKOPI.com – Yogyakarta. Dunia kopi Indonesia kembali menggeliat lewat penyelenggaraan Jogja Coffee Week (JCW) 2025,… Read More

2 months ago

Dari Secangkir Kopi, Peluang Masa Depan Diseduh di Láska Hotel Subang

WARTAEVENT.com – Subang. Ada aroma semangat yang tercium dari Láska Hotel Subang. Bukan hanya dari… Read More

3 months ago

Rayakan Satu Dekade, Starbucks FSC di Sumatra Utara Komitmen untuk Masa Depan Kopi Indonesia

WARTAKOPI.com – Jakarta. Memasuki usia ke-10, Starbucks Farmer Support Center (FSC) di Sumatra Utara terus… Read More

3 months ago

Starbucks Hadirkan Solusi Masa Depan Kopi di World of Coffee Asia 2025

WARTAKOPI.com – Jakarta. Di tengah kemeriahan World of Coffee Asia 2025 yang digelar di Jakarta,… Read More

3 months ago