4 Varietas Kopi Arabika Paling Populer bagi Jama’ah Kopi Addicts
wartakopi.com – Jakarta. Mungkin diantara kita tidak terlalu begitu memperhatikan dengan yang namanya varietas kopi. Bahkan mungkin ada yang bertanya apa itu Varietas? Sebab selama ini kita hanya mengetahui jenis kopi, Arabika, Robusta dan Liberika saja. Well, itu saja sudah cukup sih.
Namun bagi yang addicts dengan kopi, mereka pasti selalu mendalami beberapa hal seperti jenis, originasi, roasting, rasio kopi, dan lainnya. Jama’ah kopi addicts memang selalu penasaran dari setiap menu yang mereka cecap.
Baca Juga : Apa itu Macchiato? Berikut Pendapat Para Pakar Kopi Dunia
Varietas kopi, adalah kata yang merujuk pada subspecies dari bibit kopi yang ditanam. Varietas dipengaruhi karena faktor mutasi alam, bisa juga dipengaruhi tangan manusia.
Berikut ini varietas dari kopi Arabika yang sangat populer di lidah para pencecap kopi addicts. Karena masing-masing varietas memiliki karakter rasa yang unik dan berbeda-beda.
Varietas Typica
Bagi kalangan penyeduh (brewer), varietas Typica sangat tidak asing lagi. Sebab sering dijadikan untuk bahan perlombaan manual brew. Typica adalah varietas tertua dari jenis kopi Arabika.
Berbagai literasi menyebut bahwa Typica dan Bourbonadalah biji utama yang diambil dari tanah penghasil kopi pertama Ethiopia lalu kemudian dibawa ke Yaman.
Baca Juga : Air dengan Karbonat Rendah Sangat Direkomendasi untuk Membuat Kopi
Typica, dalm inudstri kopi specialty sangat diperhitungkan. Karena mampu berkontribusi bagi perkembangan varietas kopi dunia. Sebelum varietas ini sampai ke Indonesia, Typica pertama kali diambil dari Yaman setelah itu menyebar ke Malabar, India. Kemudian Belanda membawanya ke Indonesia.
Ternyata, Typica pun menjadi varietas pertama yang masuk ke Indonesia dan sempat punah karena diterjang hama karat daun. Meski demikian Typica hingga saat ini masih ada varietas ini di Indonesia.
Varietas Bourbon
Bagi kalangan penyeduh, Bourbon pun sangat istimewa seperti Typica. Literature pun menyebut Bourbon dipercaya sebagai biji utama yang diambil dari tanah Ethiopia kemudian di bawa ke Yaman. Sama dengan Typica.
Nama Bourbon ada karena orang Perancis yang pertama kali membawanya dari Yaman untuk kemudian di tanam di Pulau Bourbon (sekarang Pulau Reunion).
Baca Juga : Mengenal Lebih Dekat Kopi Aceh Gayo
Ketika ditanam di pulau tersebut berinteraksi dengan iklim dan tanah yang ada disana sehingga terjadilah mutasi. Alhasil, varietas Bourbon dari tanah ini pun jauh lebih manis daripada Typica.
Ciri Bourbon yaitu memiliki buah berwarna merah. Seiring dengan mutasi alamiah lahirlah varietas Bourbon baru yaitu Yellow Bourbon dengan karakter rasa lebih asam dan lebih halus dan Orange Bourbon karakternya gabungan dari yellow dan bourbon biasa.
Varietas Geisha
Nama varietas ini diambil dari kopi ini pertama kali ditanam yaitu Gesha, di Panama. Varieras Geisha tidak hanya populer dan terbaik namun juga menjadi kopi termahal di dunia. Kopi Arabika varietas Geisha ini harga jual per 1 kg pernah mencapai Rp25 juta.
Baca Juga : Kopi Panama Geisha, Semakin Diburu Semakin Membuat Penasaran
Varietas Geisha kali pertama ada di tahun 1960-an dan tumbuh di Panama di bagian barat Ethiopia. Specialty Coffee Association (SCA) pernah menobatkan menjadi jawara dalam kompetisi Best of Panamase banyak dua kali.
Karakteristik dari varietas Geisha ini beraroma jasmine yang halus. Tingkat keasamannya pun lembut, kemudian kaya akan rasa buah-buahan (flavor).
Varietas Sidikalang
Indonesia patut bangga. Sebab, memiliki varietas kopi Arabika yang terkenal di dunia. Varietas Sidikalang merupakan turunan langsung dari Ethiopia, varietas Typica.
Baca Juga : Bertandang ke Perkebunan Kopi Lintong Kebanggaan Sumatra Utara
Sidikalang adalah Kecamatan yang berada di dataran tinggi Kabupaten Dairi di Provinsi Sumatera Utara. Sidikalang pun masuk sebagai salah satu produsen kopi terbesar di Indonesia.
Sidikalang pun sangat terkenal bagi kalangan penikmat kopi single origin karena memang memiliki karakter rasa yang khas beda dengan daerah lainnya. [*]
- Penulis : Agus Harianto
- Editor : Fatkhurrohim