Diplomasi Kopi

Menuju Ekosistem Kopi Indonesia yang Berkelanjutan

Kekuatan di hilir tidak saja melalui promosi, diskusi dan membawa sampel green beans, tetapi budaya ”ngopi” kita. Kita menghormati alam. Hanya kopi yang berkualitas yang layak diekspor. Hanya kopi yang berkualitas yang membuahkan kemakmuran bagi petaninya. 

Sesungguhnya kita bisa mengusung tagline ini dimanapun juga ”KOPI/climate-based ecosystem”. Yang kita usung bukan sekedar produknya tetapi juga branding ˆnya.

Baca Juga : Ini Hasil Konkrit dari Pengelolaan Produk Kopi Spesialti Indonesia ke Luar Negeri

Kiranya pandangan ini mirip sekali dengan konsep ”fika” bagi orang-orang Swedia. Di negara Nordik (Utara Eropa) ini minum kopi bisa 3-4 kali per hari. Tidak heran bahwa orang Swedia per tahun bisa mengkonsumsi kopi 8,4 liter per kapita/tahun. 

Kita justru bisa memperkaya dan memperkuat diri dengan cara menceritakan dari hulunya. Itulah kenapa konsep “menuju ekosistem KOPI yang berkelanjutan” tidak sekadar untuk promosi. Orang-orang Swedia mengapresiasi para petani yang ikut serta dalam produksi. Oleh karena itu konsep pemberdayaan petani melekat dalam sebuah brand kopi.

Baca Juga : Begini Peta dan Potensi Ekspor Kopi Indonesia ke Amerika Serikat

Diakhir diskusi ada optimisme bahwa masyarakat, pemerintah, pengusaha, peneliti dan badan kerja sama internasional perlu memikirkan secara menyeluruh. Mengapa? Karena hanya dengan pemikiran, semangat dan usaha bersama KOPI Indonesia bisa maju. [*]

  • Penulis : Bagas Hapsoro I Mantan Dubes RI untuk Swedia dan Latvia (2016-2020). Saat ini membantu diplomasi kopi Kementerian Luar Negeri R.I
  • Editor : Fatkhurrohim

Leave a Reply

Verified by ExactMetrics