WARTAKOPI.com – Jakarta. Perang Rusia-Ukraina saat ini telah memasuki hari ke-60. Perekonomian dunia mengalami gangguan akibat semakin berkecamuknya konflik di kedua negara Eropa ini.
Meskipun dampaknya belum memperparah komoditas kopi, namun Laporan International Coffee Organization (ICO) awal April ini menunjukkan sedikit penurunan ekspor kopi yaitu sekitar 3,2%. Ada isu residual yang menyertai, yaitu: cuaca ekstrim, pandemi Covid-19 dan rantai pasok global akibat perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga : Nilai Kopi yang Multi Dimensional
Dari beberapa diskusi dengan para pelaku kopi nasional minggu lalu telah mengamati dengan was-was tanda ke arah penurunan ini. Tetapi para pengusaha kopi Indonesia memiliki beberapa strategi agar produk kopi tetap jalan mengingat harga kopi di luar negeri masih tinggi, sementara kebutuhan kopi di dalam negeri semakin besar.
Jose M. Tavarez, Duta Besar RI di Moskow pada hari Jum’at (22/04/2022) lalu mengatakan, kopi Indonesia masih laku di Rusia dengan harga stabil. Namun patut disayangkan, akibat perang Rusia-Ukraina saat ini ekspor dan impor terhambat soal transaksi pembayaran dan arus logistik akibat sanksi.
Sinyalemen ini dibenarkan oleh Renata Bukvic-Letica, Manajer Pemasaran Tanamera Coffee. Semua pelaku usaha ekspor sedang memikirkan cara yang efektif untuk tetap melakukan ekspansi agar rantai pasok tetap jalan. Sulit dibayangkan berbisnis di negara seperti Rusia yang menghadapi sanksi ekonomi bertubi-tubi.
Baca Juga : Ini Peluang Ekspor Kopi Spesialti Indonesia ke Swedia
Sebenarnya ekspor kopi Indonesia ke Rusia tahun 2021 cemerlang. Sempat mengalami lonjakan kenaikan sebesar 180%, yakni dari USD 21 juta (tahun 2020) menjadi USD 36,7 Juta (2021).
Untuk kopi spesialti yang paling banyak adalah Tanamera Coffee. Sedangkan untuk kopi komersial pengekspornya adalah PT Mayora dan Torabika.
Baca Juga : Menuju Ekosistem Kopi Indonesia yang Berkelanjutan
”Kendala utama karena kesulitan kargo sejak pandemi dimulai”, imbuh Azis Nurwahyudi, Wakil Kepala Perwakilan RI di Moskow. ”Ada celah. Yang masih bisa diandalkan masuk adalah lewat pelabuhan Vladivostok”, kata Azis.
Renata Bucvik Letica, dari Tanamera Kopi menyatakan bahwa situasi di dunia mempengaruhi harga. Harga naik, tetapi kualitas kopi belum tentu naik, jadi ada diskrepansi di pasar.
”Kita diuntungkan bahwa saat ini mulai banyak lembaga internasional yang mengadakan riset tentang kopi spesialiti di Indonesia”, kata Renata. Selain ragam kopi single origin di Indonesia yang bervariasi, kaum millennial juga bisa membedakan kualitas tinggi dengan biasa.
Baca Juga : Mesir Dapat Menjadi Pintu Masuk Penetrasi Kopi Indonesia, Ini Caranya
”Ada dua trend yang kami lihat. Pertama, masyarakat sudah sadar bahwa kopi impor saat ini mahal. Kedua, beberapa perusahaan besar sudah semakin banyak yang fokus kepada riset kopi spesialti”, kata Renata.
Jadi sementara ekspor ke negara yang berkonflik masih menunggu pulihnya pasokan, pengusaha kopi perlu mengincar peluang di negara lain. Dalam waktu dekat ini Tanamera akan membuka gerai ke-5 di Singapura.
Kebutuhan dalam Negeri Semakin Meningkat
Paul Wouters pengusaha blend coffee Bulearabika di Jakarta mengatakan bahwa saat ini permintaan kopi di dalam negeri sedang meningkat pesat. Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan kopi Arabika dan Robusta.
Pengusaha asal Belgia yang cinta kopi asli Indonesia ini memproduksi kopi premium dari berbagai jenis. Khusus dalam bulan puasa ia mempromosikan produk kopi dengan kemasan ”Ramadhan Kareem”. Hal ini ditunjukkan lewat gambar jendela dekoratif mesjid ala Timur Tengah bertuliskan “Kopi Ramadan” yang disebarkannya ke pelanggan setianya.
Baca Juga : Kopi Indonesia di AS Surplus, Ini Nilai Ekspornya
”Kopi dari tanah Jawa, Sumatra, Bali, Aceh, semuanya berbeda-beda”, dan itulah keunikan Indonesia”, kata Paul Wouters. Sedikitnya Paul memiliki 80 jenis campuran kopi asli Indonesia termasuk kopi dampit dari kawasan Blitar yang tak banyak orang tahu.
Ikutserta dalam Pameran Kopi Internasional
Pengusaha lainnya Ivan Hartanto bersama perusahaan kopi nasional lainnya mengikuti pameran pameran spesialti kopi terbesar di Boston, Amerika Serikat (AS), bertajuk Specialty Coffee Expo (SCE), tanggal 6-10 April minggu lalu.
”Kesempatan baik bagi kita untuk lebih memperkenalkan kopi premium kita yang memang sudah dikenal sejak lama”, ujar Ivan yang selama ini telah sukses mengekspor kopi ke pantai barat AS dan Inggris.
Baca Juga : Pendekatan Dialog, Menjadi Kunci Eksistensi Kopi Indonesia di Chicago
Dalam pameran yang berlangsung di Boston Convention and Exhibition Center, AS, pada tersebut, produk kopi spesialti Indonesia disebut berhasil mendapatkan apresiasi para pencinta kopi dunia.
Adapun produk kopi yang mendapatkan permintaan di festival kopi di Boston tertinggi berasal dari Jawa Barat, Gayo, Mandailing, luwak, Toraja, dan Bali. Keterangan ini dikuatkan oleh Karo Hukum dan Kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM Henra Saragih.
”Kami memfasilitasi UKM Indonesia yang bergerak di bidang usaha kopi untuk memperluas akses pasar ke AS. Ini juga membuktikan produk specialty coffee Indonesia mampu bersaing dan diminati konsumen, khususnya pasar Amerika Serikat,” kata Henra Saragih melalui keterangan resmi, yang diterima di Jakarta, Rabu 13 April 2022.
Pada ajang SCE 2022, Caldera Coffee mendapatkan pembeli potensial dari Argentina dengan nilai potensial transaksi mencapai Rp157 miliar untuk produk kopi Toraja, Bali, Mandailing, Jawa, dan luwak.
Baca Juga : Apa Dampak Positifnya Cup of Excellence bagi Indonesia?
Kemudian, Java Halu Coffe dari Jawa Barat mendapatkan permintaan green beans dari tiga pembeli potensial, yakni AS, Meksiko, dan Ekuador.
Sebagai tindak lanjut, lanjut Henra Saragih, ketiga pembeli tersebut dikatakan bakal berkunjung ke perkebunan Java Halu Coffee di Jawa Barat pada Mei 2022 untuk melaksanakan survei dan kontrak dagang.
”Importir tertarik kopi Indonesia karena kita penghasil kopi berkualitas”, ujar Ivan. Masalahnya bagaimana supaya proses itu menjadi semakin efisien. Apakah dibantu dengan mesin dan digitalisasi. Tetapi yang jelas keuntungan ini tidak saja dimiliki pengusaha tetapi juga petani. ”Kita perlu terus mengedukasi petani kopi”, pungkas Ivan.
Baca Juga : Cup of Excellence, Ajang Prestisius bagi Petani Kopi Agar Mendapat Pengakuan Dunia
Dari perkembangan diatas dapat disimpulkan bahwa meski saat ini di Eropa masih terjadi perang namun pengusaha kopi mempunyai beberapa kiat agar tetap jalan. Pertama adalah secara aktif mencari market niche di kawasan lain. Kedua penjualan di dalam negeri ditingkatkan, karena demand naik. Terakhir ketiga, pengusaha kopi rajin mengikuti acara business events di luar negeri.
Tidak bisa dipungkiri peranan besar Perwakilan RI. Menurut KBRI Moskow pangsa pasar kopi premium Indonesia sangat menjanjikan di Rusia. “Konsumsi kopi di Rusia mencapai 1,7 kg per orang setiap tahun atau bila dikalkulasikan, kebutuhan kopi di Rusia mencapai 241.608 ton/tahun,” ujar Wakil Dubes RI Azis.
Naca Juga : Mengulik Potensi dan Perkembangan Kopi Spesialti di Mesir
Kopi sendiri merupakan salah satu produk ekspor unggulan Indonesia di Rusia yang menduduki urutan ketiga setelah kelapa sawit dan kopra pada tahun 2013-2019. [*]
WARTAKOPI.com – Jakarta. Nyamuk terus menjadi ancaman serius di Indonesia, terutama dengan meningkatnya kasus penyakit… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Jakarta International Coffee Conference (JICC) 2024 sukses diselenggarakan selama tiga hari penuh… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Mandiri presents Jakarta Coffee Week atau Jacoweek 2024, festival tahunan yang menjadi… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Memasuki hari ke-2 penyelenggaraan, Rabu, (23/10/2024), Jakarta International Coffee Conference (JICC) menggelar… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta kembali memberikan dukungan… Read More
WARTAKOPI.com – Jakarta. Menandai grand opening Hario Cafe Tokyo di Jakarta, menggelar Bar Takeover Bersama… Read More
Leave a Comment