Begini Perbandingan Konsumsi Kopi dan Soft Drink
WARTAKOPI.com – Jakarta. Minuman ringan (seperti soda dan cola) sangat populer di seluruh dunia. Kita pun tahu pasar kopi sama besarnya. Bagaimana keduanya dapat di dibandingkan?
Menjawab pertanyaan ini tidak sesederhana kelihatannya. Ada perbedaan besar antara kedua pasar, dan pertumbuhan serta konsumsi diukur dengan sangat berbeda di keduanya.
Air berkarbonasi ditemukan di Inggris akhir abad ke-18. Muasal nama Cola dari Kola Afrika yang digunakan untuk membumbui minuman, sudah ada sejak akhir tahun 1800-an.
Baca Juga : Eiger Coffee, Menikmati Secangkir Kopi di Alam Kaum Urban
Coca-Cola dan Pepsi merupakan 2 merek minuman paling populer yang didirikan sebelum pergantian abad ke-20. Sepanjang abad tersebut kedua merek ini tumbuh secara masif dan berperan besar dalam produksi minuman ringan.
Produk dengan nama lain Ready to Drink (RTD) kemudian membuat dalam kemasan botol dan kaleng yang terkenal hingga sekarang.
Kuasai 78 Persen Pasar Soda di Amerika
Pada tahun 2017, secara mengejutkan suatu penelitian mengungkapkan bahwa PepsiCo dan The Coca-Cola Company menguasai 78% pasar soda AS.
Seorang manajer operasional eksportir kopi hijau dari Guatemala menginformasikan bahwa dirinya melihat soda dan minuman ringan jauh lebih populer daripada kopi di negara asalnya.
Dia mengatakan ini telah menciptakan aspek budaya dalam arti orang berbicara tentang merek minuman ringan, daripada kopi di kedai kopi lokal.
Baca Juga : Mencecap Kopi dan Menggigit Croissant di La Boheme Coffee
Rata-rata konsumsi minuman ringan global sekitar 45 liter per kapita. Artinya, sekitar 1 triliun kaleng (dengan asumsi satu kaleng berisi 330ml) diminum setiap tahun.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2019, konsumsi kopi global mencapai lebih dari 10 miliar kilogram. Menurut SCA, “Golden Ratio” untuk menyeduh kopi adalah sekitar 55g per liter, atau sekitar 18g per 330ml. Artinya sekitar 555 miliar cangkir kopi dikonsumsi setiap tahun.
Biaya Promosi
Dari sisi biaya promosi pemasaran, industri minuman ringan dan kopi dangatlah berbeda. Mari kita bandingkan Coca-Cola dan Starbucks. Di tahun 2018, pendapatan Coca-Cola adalah US$31,8 miliar, Starbucks, US$24,7 miliar, ada selisih lebih dari US$7 miliar.
Starbucks menghabiskan biaya promosi pemasaran US$245 juta di tahun 2019. Sementara itu Coca-Cola menghabiskan biaya sekitar US$ 4 miliar, 16 kali lebih banyak disbanding Starbucks.
Baca Juga : Meretas Sejarah “Preanger the Land of Coffee” di Jawa Barat
Albert Scalla, Wakil Presiden Perdagangan di StoneX Group menjelaskan, bahwa konsumsi kopi dan konsumsi minuman ringan dipromosikan dengan cara yang sangat berbeda. Akibatnya, dia berkata bahwa sulit untuk membandingkan keduanya.
Namun Albert khawatir, kelebihan pasokan kopi berarti harga pasar [akan] menderita”. Dia merasa, jika terjadi kelebihan pasokan artinya industri harus mengubah caranya dan meningkatkan konsumsi kopi.
Kopi Lebih Sehat Daripada Soda
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa minuman dingin dan es kopi mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak memasuki pasar.
Meskipun kedua produk tersebut masih relatif baru dan relatif kecil, ada kemungkinan besar bahwa kopi RTD bisa menjadi alternatif yang layak untuk minuman ringan dalam jangka panjang—terutama soda manis.
Baca Juga : Minum Kopi Setiap Hari Membantu Melindungi Sirosis Hati
Minuman dingin berpotensi mencuri sebagian pangsa pasar dari merek seperti Coca-Cola dan PepsiCo. Ini adalah minuman dingin dan menyegarkan yang masih mengandung kafein dan merupakan pilihan yang jauh lebih sehat daripada soda.
Selain minuman dingin, konsumen juga mulai merangkul gagasan bahwa kopi dapat menjadi bahan, seperti dalam pancake, protein shake, dan sebagainya.
Minuman dingin mungkin merupakan alternatif yang baik untuk soda dan soft drink, tetapi jika penikmat kopi semakin populer itu berarti lebih banyak peluang bagi semua orang di seluruh dunia untuk menyalip jumlah konsumsi. [*]
- Penulis & Editor : Fatkhurrohim
- Sumber : perfectdailygrind
- Photo Utama : freepik