Jejak “Jalur Sutra” Perkebunan Kopi Tersohor di Indonesia
wartakopi.com – Jakarta. Tahukah anda, mengapa Indonesia dijuluki sebagai surga dunia? Karena di negara ini hanya dengan sebutir benih yang disemaikan kedalam tanah mampu menghasilkan segelas minuman yang membuat banyak orang tergila-gila.
Kopi bukanlah tanaman asli negara Indonesia, pada masa penjajahan benih kopi dibawa oleh bangsa Belanda dan pertama kali ditanam di kota Batavia.
Baca Juga : Kopi Karanganyar Lawu Ada Sejak Abad 18
Dapat tumbuh berkembang dengan baik, bangsa Belanda pun memperluas penanamannya hingga kebeberapa wilayah di seluruh Indonesia. Tanaman kopi ternyata tidak dapat tumbuh disembarang iklim dan kondisi tanah.
Tanaman ini akan dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung zat lemas atau tanah organik yang terbentuk dari hasil letusan gunung berapi.
Sedangkan iklim yang cocok sebagai tempat kopi bertumbuh akan berbeda menurut varietasnya. Untuk ketinggian 1000 – 1700 mdpl sangat baik ditanam kopi berjenis robusta. Sedangkan Arabika dapat tumbuh baik pada ketinggian 500 – 800 mdpl saja.
Baca Juga : Membanggakan, Kopi Toraja Asong Raih Medali di Australia International Coffee Awards 2020
Karena Indonesia berada di garis katulistiwa yang memiliki iklim tropis dan bercurah hujan sedang, biji kopi yang dihasilkan pun menjadi berkualitas baik.
Bangsa Belanda yang memiliki pengetahuan baik mengenai kopi tahu benar di lokasi mana yang sesuai untuk budidaya tanaman ini. Meski telah merdeka, kini beberapa lokasi perkebunan peninggalannya tetap dijadikan sebagai tempat pembudidayaan.
Bener Meriah – Aceh
Memiliki perkebunan kopi seluas 1.919 kilo meter persegi dan terletak di dataran tinggi Gayo, Kabupaten Bener Meriah menjadi daerah penghasil kopi Gayo berkualitas tinggi.
Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan kopi nasional, kopi Gayo juga merupakan komoditas ekspor unggulan ke daratan Eropa dan Australia.
Baca Juga : 5 Tempat Ngopi Yang Menawarkan Cita Rasa Kopi Sejujurnya di Yogyakarta
Bagi anda yang sedang berkunjung ke daerah Aceh Tengah tidak ada salahnya berkunjung sebentar ke daerah tersebut sembari menikmati secangkir kopi asli yang diracik di Galeri Kopi, sebuah warung kopi instagramable yang sengaja dibuat untuk menjamu para wisatawan.
Desa Mengani – Bali
Mengikuti jejak penjajahan bangsa Belanda, Bali memiliki tanah yang ideal untuk menanam bibit kopi. Memiliki beberapa perkebunan kopi, Desa Menggani merupakan salah satu perkebunan dan juga pabrik tertua di Bali.
Pernah melewati masa keemasan sebagai pengekspor kopi Arabika terbaik di dunia, kini perkebunan ini seolah ingin bangkit kembali.
Baca Juga : 3 Tahap Timbulnya Budaya Mencecap Kopi di Dunia
Gagal panen yang disebabkan oleh faktor cuaca, inkonsistennya para petani serta usia pohon yang sudah tua menjadikan kualitas kopi ini kalah dengan kopi Arabika asal Afrika dan Jamaika.
Karena itu perusahaan daerah ini pun memutuskan bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengembalikan kejayaan kopi yang ditanam di lokasi ini.
Padamaran (Toraja) – Sulawesi Selatan
Berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia, minuman kopi pertama kali diperkenalkan kepada kerajaan Gowa oleh para saudagar yang berasal dari Arab.
Baca Juga : Mengulik Mesin Kopi Buatan Maestro Coffee Roaster
Disebutkan sebagai minuman kesehatan yang mampu menambah vitalitas serta membuat si peminum terjaga, membuat Raja Gowa berinisiatif menanamnya di dataran tinggi Padamaran (Toraja).
Menjadi minuman yang paling banyak diminati oleh berbagai kalangan, kopi menjadi semakin tersohor dan setelah beberapa lokasi dataran tinggi di Sulawesi menjadi daerah penghasil kopi sampai dengan saat ini.
Kawisari – Jawa Timur
Ketika Belanda pertama kali bersandar di Jawa Timur dan membawa bibit kopi dari Afrika, kawasan Kawisari yang terletak di gunung Kelud dan juga Gunung Kawi dinilai sangat potensial untuk menanam varietas jenis kopi robusta.
Baca Juga : 2 Tokoh Dibalik Layar dari Kualitas Rasa Kopi
Meski diawali dengan sistem kerja tanam paksa, setelah merdeka perkebunan tersebut diambil alih oleh pihak swasta dan kini ditanami varietas arabika serta kopi luwak.
Mengikuti perkembangan jaman selain dijual di luar area, terdapat pula Kawisari Cafe and Eatery yang menyajikan kopi ini dengan berbagai menu uniknya.
Dogiyai – Papua
Berada pada kondisi mati suri, mungkin keadaan inilah yang dapat mengambarkan perkebunan kopi Dogiyai Papua.
Pertama kali diperkenalkan oleh Misionaris Gereja asal Belanda kemudian masyarakat sekitar diajari untuk mengolah secara manual mulai dari memanen, meyangrai hingga menyajikan kopi ini pun mulai mendapat tempat di pasar perdagangan.
Namun, usai sang Misionaris meninggalkan tanah Papua, kini perkebunannya seolah tinggal kenangan, dan masyarakat sekitar beralih bertanam palawija.
Namun, karena potensi wilayah yang begitu besar karena terletak di ketinggian 1000 – 2000 mdpl kini pemerintah mulai mencoba untuk menghidupkan lokasi ini kembali. [*]