Diplomasi Kopi

Nilai Kopi yang Multi Dimensional

Kesimpulan

Permintaan kopi Indonesia terus meningkat sehingga pengembangan budi daya kopi terjadi di berbagai  wilayah Indonesia. Perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya pemanasan global telah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para petani dan pekebun kopi.

Kurangnya akses petani terhadap teknologi dan informasi menyebabkan masih minimnya pengaplikasian teknologi-teknologi tersebut, terutama di tingkat petani skala rumah tangga. Disamping itu diperlukan percepatan implementasi tujuan UN Sustainable Development Goalskhususnya akses terhadap pendidikan, penyetaraan gender, dan UMKM. 

Untuk memperkuat identitas Indonesia agar dikenal oleh dunia internasional, Indonesia perlu menambah narasi sosial, kebudayaan dan ekosistem kopi ke negara-negara mitra Indonesia lainnya. 

Baca Juga : Mesir Dapat Menjadi Pintu Masuk Penetrasi Kopi Indonesia, Ini Caranya

Upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama antara pengusaha, kementerian/lembaga terkait dan masyarakat. Dengan adanya pengakuan terhadap pentingnya kopi bagi perekonomian, kemudian kaitannya dengan kebudayaan dan ekosistem, kiranya pendekatan kopi harus multidimensional. 

Dua tahun yang lalu Anak Agung Intentilia, dosen Undiknas Bali mengingatkan bahwa diplomasi budaya dan ekonomi sebagai satu kesatuan dan senafas. Terakhir adalah diperlukannya pendekatan bilateral dan multilateral sebagai metode dalam melakukan diplomasikopi (Anak Agung Intentilia, “CoffeeDiplomacy in Jokowi’s Era:the strategy of Cultural and Economic Diplomacy of Indonesia’s Foreign Policy, Desember 2019). Kiranya kajian itu semakin relevan dengan situasi kopi di Indonesia saat ini. [*]

  • Penulis : Bagas Hapsoro I Dubes RI untuk Swedia dan Latvia (2016-2020),  Tim Asistensi Diplomasi Kopi Kemlu RI
  • Editor : Fatkhurrohim

Leave a Reply

Verified by ExactMetrics