Meretas Sejarah “Preanger the Land of Coffee” di Jawa Barat
wartakopi.com – Jakarta. Menyambangi Jl. Riau di Kota Bandung sama halnya berkunjung ke perpustakaan kopi. Banyak alternative pilihan kedai kopi di kawasan ini. Pun demikian dengan metode seduh yang ditawarkannya.
Sambil menjaga jarak di tengah adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi, beberapa bangku kedai pun penuh terisi. Tak banyak memang yang memesan menu kopi dengan metode manual brew dari biji kopi single origin.
Baca Juga : 4 Lokasi Kedai Kopi Panutan di Kota Bandung
Padahal di beberapa kedai kopi di seputaran Jl. Riau, mendisplai kopi single origin Jawa Barat yang namanya terus jadi perbincangan bagi penikmat dan komunitas kopi nusantara. Bukan hanya sekedar aroma yang harum tapi juga berkembangnya varitas-varitas baru kopi dari Jawa Barat.
Bisnis kopi dari Jawa Barat seolah menemukan titik terang untuk kembali merengkuh kejayaan yang pernah diraihnya pada masa Hindia Belanda tepatnya di tahun 1707.
Tidak Diketahui Banyak Orang
Azis Zulficar Aly Yusca, Kabid Industri Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menjelaskan, Jawa Barat memiliki bukti sejarah sebagai penghasil kopi terbesar dunia.
Sayangnya, literasi tentang sejarah kopi Jawa Barat ini tidak diketahui oleh generasi penikmat kopi masa kini dan bahkan warga Jawa Barat pada umumnya.
Baca Juga : “Gibah” Ringan dengan An Nguyen dan MiMo, Pemenang The Barista League: Online
Tahun 1707, terjadi kesepakatan permintaan bantuan Koffie-Stelsel antara VOC dengan para Bupati Priangan untuk melakukan penanaman kopi di wilayahnya. Di tahun 1711, Jawa Barat berhasil mengekspor kopi ke Benua Eropa.
Kopi dari perkebunan Priangan ditanam di Kabupaten Cianjur. Di tahun 1726 kopi Priangan mendominasi pasar kopi dunia menggeser kopi mocha dari Yaman. “Perlu diketahui tiga per empat kopi Eropa di tahun tersebut berasal dari Jawa Barat,” ungkap Azis.
Perjanjian Koffie-Stelsel
Dalam buku “Preanger the Land of Coffee” yang ditulis oleh Prawoto Indarto dan diterbitkan oleh Divisi Humas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, disebutkan bahwa melalui perjanjian koffie-stelsel yang berkembang menjadi Priangan-Stelsel, Priangan merupakan perkebunan kopi ke dua tertua di dunia setelah Mocha, Yaman.
Baca Juga : Coffee Pairing, Menemukan Kecocokan Rasa Kopi dengan Lainya
Kopi tersebut kesohor dengan nama “Java Coffee”. Dalam perkembangannya, Java Coffe menjadi merk unik. Aneh tapi nyata, meski di Praiangan perkebunan kopi sudah dialihkan ke teh akibat serangan hama hemileia vastratixdi tahun 1878 merek Java Coffee tetap hidup lebih dari 100 tahun. Bahkan sampai hari ini.
Sampai abad 20, kopi-kopi dari Amerika Latin dipasarkan ke Amerika menggunakan 3 nama yaitu, Java, Mocha dan Bourbon. Java adalah kata yang banyak dipakai masyarakat Amerika hingga sekarang untuk menyebut kopi.
Ekspor Kopi Jawa Barat
Java Coffee adalah ikon sekaligus legenda di industri kopi dunia dari bumi Priangan. “Kebangkita kopi Jawa Barat kembali terjadi di bulan April tahun 2016, Specialty Coffee Association of America (SCAA) menyatakan bahwa kopi Puntang meraih sekor tertinggi di Atalanta, AS,” terang Azis.
Baca Juga : Filter Kopi Ini Berlapis Emas 24 Karat, Apa Istimewanya?
Sejak tahun 2013 hingga sekarang kata Azis, Kopi Arabika Java Preanger (Originasi Jawa Barat) telah diekspor ke Maroko, Korea, Hongkon, Belgia, Inggris, Jerman, dan Tiongkok.
Dan pada 23 Oktober 2013, petani kopi Jawa Barat berhasil memperoleh indikasi geografis dengan nama “Kopi Arabika Java Preanger”. [*]
- Penulis & Editor : Fatkhurrohim
- Photo Utama : Divisi Humas Pemda Provinsi Jawa Barat